Pages

Tuesday, October 27, 2015

#BananaPancakeTrip Part 2: Hai, Ho Chi Minh City!

Huayoooo.. Pada nungguin kelanjutan cerita #BananaPancakeTrip gue yaaaaa? Kezel ya di PHP-in, bilangnya mau dilanjutin minggu depan ga taunya lama. Hahahaha.
Sebenernya di general itinerary yang gue post kemaren, day 1-nya itu dimulai tanggal 12 Agustus 2015. Tapi berhubung hari Rabu itu isinya cuma transit di Changi Airport doang, jadi ceritanya digabung aja sama hari Kamis di Ho Chi Minh City ya..


Kami berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta naik JetStar tujuan Ho Chi Minh City via Singapore jam 21.35. Ini artinya, kami akan transit di Bandara Internasional Changi selama beberapa jam sebelum naik pesawat lagi dari Singapore ke Vietnam jam tujuh keesokan paginya.

Jadi enam jam di bandara, nih? Iya betul! Hahahaha.. Jangan sedih, enam jam nya di Changi kok. Gue sih nggak keberatan 12 jam di Changi juga :p. Kenapa? Karena di Changi yang merupakan airport terbaik di dunia, lo bisa menikmati fasilitas-fasilitas yang oke dan banyak yang gratis! Wifi gratis? Check. Tempat bobok yang enak dan nyaman? Check. Mushola? Check. Kursi pijet (ini penting!), WC jongkok beserta semprotan ceboknya (buat yang ngga suka sama kloset duduk dan wajib beristinja kayak gue), playground bocah? Check, check, check!! Mau belanja? Bisa. Nuker duit? Bisaaa! Mau makan pun bebas milih, asal jangan lupa bayar :p. Duh sayangnya Changi bukan kos-kosan bulanan ya, betah aku di siniiii.

Hari Kamis pagi, kami naik pesawat menuju Saigon alias Ho Chi Minh City (Samimawon, pemirso.. Akupun tadinya bingung, ini sebenernya Ho Chi Minh apa Saigon ya? Ternyata same-same, sami, podo wae! Katanya, dulunya memang disebut Saigon, kemudian di tahun 1975 diubah menjadi Ho Chi Minh City yang diambil dari nama Pemimpin Vietnam yaitu Ho Chi Minh. Meskipun demikian, penyebutan nama Saigon juga masih banyak digunakan sampai sekarang).

Jam 8.15 pagi, kami disambut oleh matahari terik di Ho Chi Minh City. Keluar dari imigrasi Bandara Tan Son Nhat, kami mulai celingak-celinguk mencari orang untuk ditanya. Sengaja nyarinya yang di dalem terminal kedatangan aja, karena parno takutnya kalo nanya di luar nanti dikibulin sama supir taksi (kebiasaan kan, di Indonesia banyak yang kayak gitu di bandaranya). Tujuan pertama kami adalah Phạm Ngũ Lão Street di District 1. Mau ngapain? Mau nyari travel yang jual tiket bus malam menuju Phnom Penh hari itu juga. Sebenernya bisa sih, ngga usah repot-repot nyari orang buat ditanya, buka google maps aja (ada yang mau bilang gitu, ngga?). Pas lagi transit di Changi, gue udah nyimpen map offline buat bekal (setidaknya) dari bandara sampe ke Phạm Ngũ Lão. Tapi apa daya.... hurufnya bertopi dan berjenggot semua, takutnya salah :(

Akhirnya berhasil nemu tourist in formation, dan minta ditunjukin gimana cara ke Phạm Ngũ Lão. Mbak cantik di tourist information-nya ngasih selembar tourist map terus nunjukin posisi tujuan kami. Dia bilang, bisa naik bus nomor 152 ke Ben Tanh Station dengan biaya VND 5000 per orang atau naik taksi dengan biaya yang lebih mahal (lupa gue berapa) tapi lebih cepet karena ngga muter-muter. Sebagai manusia paling medit berjiwa petualang diantara peserta #BananaPancakeTrip lainnya, tentunya gue memilih naik bus doong.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Waktu kami keluar, udah ada dua bus nomor 152 yang lagi parkir nunggu penumpang. 
Bus No. 152

bayarnya harusnya VND 5000

Nggak lama, ada beberapa penumpang lain yang dateng: segerombolan turis Cina dan tiga orang cewek dari Indonesia. Trus supirnya dateng, dan kami ngasih tau tujuan kami yang ternyata sama: Phạm Ngũ Lão. Berbekal informasi dari mbak-mbak information di bandara, kami udah siapin duit VND 5000 per orang, eh si supirnya malah nodong VND 10000 per orang. Hellooooow! Yu pikir ay bisa dibodohi, itu di pintu bus ada tulisannya 5000 Dong! Trus supirnya kekeuh dan kamipun tak berdaya karena duit gue pecahan 100000 Dong, ga bisa ngasih uang pas. Yaudah, diikhlasin aja lah ya.. Tapi abis itu kopernya gue taro di kursi penumpang, jadi gue ambil tempat buat dua orang. Ha!

Sepanjang perjalanan, gue agak kampring terkaget-kaget ngeliat palu arit dimana-mana. Maklum, sisa didikan orde baru yang mengharamkan palu arit dan komunisme.


Sebagaimana di Indonesia, Ho Chi Minh City juga banyak pengendara motornya. Yang menurut gue lucu adalah helm mereka, ngga SNI banget! Eh ya iyalah ya, mungkin mereka pakenya SNV.
helm standard Vietnam, bukan helm proyek ya!
Ho Chi Minh City juga lagi banyak membangun ya kayaknya. Gue berasa di Jakarta deh liat ada crane dimana-mana. Mungkin mereka juga ceritanya lagi mau bikin MRT :p



Jadi, rupanya Phạm Ngũ Lão Street ini daerah turis. Maksudnya, di jalan itu banyak hostel dan travel agent yang banyak dicari sama turis (macem gue-- ciyee turis!). Setelah di turunin di halte terdekat dari Phạm Ngũ Lão (gue lupa nama jalannya), kata supirnya kita tinggal jalan aja terus. Terus kemana? Nggak tau hahaha, supirnya cuma bilang gitu dan langsung cus bersama bus 152 nya. Akhirnya kami memutuskan buat jalan kaki sambil geret-geret koper buat nyari Lac Hong Tours yang katanya menyediakan sleeper bus buat ke Phnom Penh. Sembari nyari, ternyata di jalan yang kami lalui banyak juga agen tur, jadi kami coba tanya-tanya juga. Ternyata, kebanyakan tour menyediakan bus ke Phnom Penh terakhir jam lima sore. Gue mikirnya, kalo jalan jam lima sore, terus nyampe perbatasannya jam berapa? Emang masih buka? Kalo udah tutup kan yang ada kita harus nunggu lebih lama lagi.

Baru tiga agen yang ditanya, terus gue udah ga bisa mikir karena haus! Akhirnya mampir deh di Circle K terdekat. Sekalian numpang wifi gratis buat buka maps (hidup fakir wifi!). Trus karena ngikutin direction dari google maps, jadinya malah muter, padahal ada jalan yang lebih deket -.-". Setelah geret koper (sambil merhatiin nomer gedung) selama 15 menitan, akhirnya sampailah kami di 355 Phạm Ngũ Lão Street. Eh tapi kok bentuknya nggak kaya travel agent? Jangan-jangan udah gulung tikar nih agennya! Males nanya juga, karena di depannya ada seekor anjing liar, hmm cari yang lain aja deh. Alhamdulillah, ga jauh dari situ ada travel agent  yang di atasnya ada hotel.


Kami masuk dan Miun coba tanya-tanya. Oh iya, selama perjalanan, kami udah bagi tugas: gue yang bagian mikir (mikirin rute, mikirin duit, mikirin makan), Miun bagian juru bicara (nanya jalan, nego harga, dan email-emailan sama hostel dan supir tuktuk :p), Minul bagian pembantu umum (bantu mikir, bantu angkut, dan bantu ngomong. Haha!). Kami minta dicariin bus apapun menuju Phnom Penh yang berangkat tengah malam, reclining seat, dan harganya sekitar 15 USD. Alhamdulillah, mereka berhasil nemuin sleeper bus yang berangkat jam 23.45 malam itu dengan harga sesuai budget, dan "katanya" karena ini sleeper bus tentu saja kursinya posisi bobok. Wuih lega dong udah dapet transportasi buat nyebrang negara. Setelah nitip barang bawaan, sekarang saatnya keliling kota dan cari makaaaan!

Soal makan, sebenernya gue ngga terlalu ribet karena pada dasarnya toh gue emang nggak mengkonsumsi daging merah. Jadi ngga susah lah, ya, yang penting baca Bismillah! Tapi karena gue jalannya sama dua orang berhijab, jelas aja jadi harus lebih hati-hati soal makanan. Sebisa mungkin cari yang beneran halal.
Cari makanan halal di negara yang penduduk islamnya bukan mayoritas, jelas ngga gampang. Tapi common sense aja, kalo ada masjid, pasti di deket situ ada yang jualan makanan halal. Ya, kan? Jadi, kami memutuskan buat cari masjid terdekat. Kata orang dari travel tadi, mesjidnya ngga terlalu jauh. Jadi kami memutukan untuk jalan kaki, sambil liat-liat kota Ho Chi Minh. Ciyeee backpacker banget nih hobinya jalan kaki.

Sambil jalan menuju masjid, kami menyusuri taman di wilayah Pham Ngu Lao. Namanya September 23 Park yang dibangun tanggal 23  September (masa sih?!) 2002 sebagai area terbuka hijau untuk warga kota Ho Chi Minh. Areanya lumayan luas, sepanjang jalan Pham Ngu Lao sampe ke Ben Tanh Market. Seneng deh, ada taman ijo gede di tengah kota. Berasa di Central Park, gitu (Jakarta Barat, ya. Bukan yang di Nuyok!). Ada apaan aja? Ada pohon, semak-semak, kursi, dan (ini penting) Toilet Umum permanen, bukan yang bisa dipindah-pindahin ya, itu sih geuleuh gue makenya. Ini bangunan toiletnya dari bata, ga bisa dipindah-pindahin, bersih, .....tapi ngga ada bidetnya alias WC bule banget! Tau kan, kloset-duduk-tapi-ga-ada-semprotan-ceboknya kind of closet. Thanks to  botol air mineral bekas, semua amaaan. Hahahaha

toilet umum yang tadinya gue kira pos satpam
Di deket taman itu, ternyata ada sebuah restoran halal. Tadinya mau makan di situ aja, tapi pas liat harganya eh kok jauh di atas budget sekali makan ya. Akhirnya sok-sok nanya jalan ke mesjid aja biar ngga tengsin udah liat-liat menu.Terus ditunjukin lah, katanya mesjidnya ada tepat di sebelah  Sheraton Hotel, salah satu gedung tinggi (yang keliatannya) deket situ.

Ternyataaaa......ngga sedeket itu pemirsa!
Kami harus mendaki gunung lewati lembah melalui jalan yang berliku-liku. Alhamdulillahnya, di Ho Chi Minh City bertebaran Circle K. Jadi, setiap kali merasa lelah dan hilang arah tinggal mampir, beli air minum sekalian pake wifi gratis buat ngecek google maps :))

Setelah melewati foto-foto di beberapa tempat seperti..

Patung Ho Chi Minh di depan gedung DPR-nya Saigon (CMIIW)
photo credit: Meera

photo credit: Meera
 Saigon Opera House..
The Municipal Theatre of Ho Chi Minh City

Akhirnya sampe juga! Alhamdulillaaaaaah 
Saigon Central Mosque 66 Đông Du, Bến Nghé, Hồ Chí Minh, Vietnam
Di sekitar masjid ternyaata ada banyak banget restoran halal, tapi sayangnya harga makanannya di luar budget gue. Budget sekali makan gue cuma bisa buat  beli minum di restoran-restoran itu. Baiklah. Mari kita cari restoran yang jelas ga jual babi, ada nasi-nya (buat dimakan bareng abon dan kering kentang bekal dari Jakarta) dan harganya murah: KFC! Hahahahaha!

Setelah mengisi energi di KFC (dan beli bekal buat di perjalanan ke phnom Penh malamnya), kami meneruskan jalan-jalan keliling district 1. Tujuannya adalah mengunjungi sebanyak mungkin torist attraction di district 1 sebelum gelap.
Saigon Central Post Office

Saigon Central Post Office
Saigon Notre Dame Cathederal
Independent Palace
Sayangnya, karena udah jam empat sore, Post Office dan Independent Palace nya tutup. Akhirnya cuma bisa foto-foto di depannya aja. Lumayan lah ya, daripada lumanyun.

Dari Independent Palace, kami mampir dulu ke Ben Tanh Market. Ngapain? Beli oleh-oleh dong yaaaa hahaha. Ngga deng. Ngga beli oleh-oleh karena sebenernya gue nggak punya budget buat beli-beli. Tapi berhubug ternyata Independent Palace nya tutup, jadi budget tiket masuk Independen Palace bisa dipake buat beli Magnet kulkas Vietnam buat nyokap dan pembatas buku. Yay! Btw, pas baru masuk Ben Tanh Market, kami langsung disapa "Silakan, Bundaaa.. Ditengok dulu bisa..". KZL nggak sih? Jauh-jauh ke Ben Tanh Market, rasanya kayak di Tanah Abang aja, gitu. Udah gitu, ada satu kios yang jualan gantungan kunci/tas/kipas souvenir vietnam, nawarin pake harga Rupiah tapi bayarnya pake Dong (jadi dia ngasih harga nih, misalnya 5000 VND, trus dia akan ngasih kalkulator bertuliskan harganya dalam rupiah), ZBL yaa Tenabang banget. Kirain Vietnam termasuk salah satu negara Asia yang jarang didatengin sama turis Indonesia, ternyata.....

Dari Ben Tanh Market, udah lodoh baget lah ya seharian jalan kaki keliling ditrict 1. Akhirnya kami memutuskan buat naik bis aja untuk balik ke travel agent di Pham Ngu Lao. Kebetulan terminal bus nya juga ga jauh dari Ben Tanh Market, cuma perlu nyeberang jalan dan menghindari serbuan motor dan mobil yang sruntulan di jalan* aja.

Di terminal, skill bahasa tarzan kembali dikeluarkan demi minta petunjuk bus mana yang bisa kami naiki sampe ke Pham Ngu Lao. Alhamdulillah, orang baik ada dimana-mana. Walaupun Bahasa Inggris mereka sangat terbatas, tapi keinginan buat ngebantu dua cewek berwajah Melayu dan satu cewek berwajah lokal (ha!) rupanya cukup besar. Seorang petugas di terminal menunjuk Bus no 53 yang katanya akan sampe pas di depan travel agent kami. Rupanya, di seberang travel agent kami ada terminal pemberhentian terakhir untuk bus. Alhamdulillah, nggak perlu jalan jauh.

Sambil menunggu malam (katanya, kami akan dijemput sama Bus menuju Phnom Penh di depan travel agent pada jam 11 malam), kami bertiga nongkrong dulu lah di Circle K. Hahahaha.. Dari jam lima sampe jam setengah sembilan malam. Ngapain aja di Circle K? Ya upload foto ke social media dong! Hahaha.. Sekalian memastikan tempat-tempat apa aja yang akan kami kunjungi di Phnom Penh, dan booking hostel di Siem Reap dan....jajan-bayar-jajan-bayar (iya lah! Tiga jam lebih di situ kebayang dong berapa kali jajannya?).

 Jam setengah sembilan, kami kembali ke travel agent  tempat kami beli tiket bus tadi siang. Karena mereka cuma buka sampai jam lima sore, jadi tas dan barang-barang yang kami titipkan, mereka pindahkan ke ho(s?)tel yang berada tepat di atasnya. Kami diperbolehkan menunggu di lobby ho(s?)tel tersebut sampai bus kami datang menjemput. Nah, kan namanya juga backpacker kere ya. Dikasih lobby buat nunggu, ngelunjak numpang mandi. Hahahaha. Eh gue nggak mandi deng, tapi numpang pup aja dikit... dan cuci muka... dan sikat gigi hehehe. Ngga sekalian mandi? Ngga deh, semprot-semprot parfum aja. Soalnya kalo mandi, berarti gue harus ganti baju, berarti harus ngeluarin baju dari dalam tas, dan berarti harus bongkar muatan. Males lah, ribet antara jorok sama ribet tipis yee.

Jam sebelas malam, ada seorang mas-mas (eh kalo mas-mas Vietnam sebutannya apa, ya?) yang menjemput kami. Kami diajak ke.....depan circle K tempat nongkrong kami tadi! Yahelah.. Ternyata, kantor  busnya di situ: di teras warnet! Kami bertiga adalah penumpang pertama yang sampai di situ. Pas sampai, kami langsung diminta mengisi data diri di buku absen (?) dan dibagikan kartu embarkasi untuk di perbatasan Vietnam-Cambodia. Ngga berapa lama, datanglah bule-bule lainnya yang bawa ransel guede-guede. Wah ini nih baru backpacker beneran.. Beberapa di antara mereka, si bule-bule cewe ini kayaknya agak setengah mabok. Nyanyiiiiiiiiiiiiii mulu, ngga tau apa yang dinyanyiin.

Setelah semua penumpang bus nya melengkapi kartu embarkasi dan membayarkan uang visa ke si mas-mas (yang kayaknya) kernet bus lintas negara ini, akhirnya kami dipersilakan buat masuk ke bus Kampuchea-Angkor Express yang ternyata.........
.......
.......
Ternyata apa hayo?
Nantikan kelanjutannya di postingan berikutnya!! Sabar ya.. Karena sesungguhnya orang sabar itu jidatnya lebar. Dan orang yang jidatnya lebar, berarti hokinya gede! Liat aja tuh ikan lohan, makin lebar jidatnya, makin mahal 😝

Cupcupmuah,
R





*Aseliiiik, jalanan di Ho Chi Minh City ganas banget! Gue beberapa kali hampir ketabrak pas nyebrang jalan, padahal gue udah ngikutin lampu lalu lintas 😭

No comments: