Pages

Friday, March 21, 2014

Novel VS Film

Beberapa hari yang lalu, liat foto yang diupload sama Ika Natassa di instagramnya: foto teaser film Antologi Rasa. Maaaak! Antologi Rasa beneran mau dijadiin film? Sebagai #TeamHarris (jamaah halu-nya Harris Risjad), gue antara girang dan was-was. Girang karena bisa liat visualisasi bentuk Harris Risjad, si pria seksi idaman wanita muda se-timeline-nya dia :p (abisnya, mau bilang se-Indonesia, takut digebukin sama #TeamRully). Was-was karena takut kalo yang jadi Harris ternyata mengecewakan karena ga sesuai khayalan babu gue selama ini.

Sebenernya kekhawatiran tiap kali ada novel yang dijadiin film ini seringkali terbukti, sih. Gue, dengan khayalan gue yang babu banget ini, hampir selalu kecewa kalo nonton film yang diangkat dari novel favorit gue. Tapi tuh, gw jadi kaya masokis film yang diangkat dari novel: udah tau bakal sakit ati kecewa sama filmnya, tapi ya tetep keukeuh pengen nonton.

Kalo ada godaan untuk nonton film adaptasi novel dan gue belom baca bukunya? Oh tentu saja, bagaikan masokis cinta, gue akan beli beli bukunya, baca sampai selesai, trus ke bioskop. Kecewa lagi? Tentu saja!

Contoh? Hmm.. Perahu Kertas, Rectoverso, 5cm, Kambing Jantan dan teman-temannya (Cinta Brontosaurus, etc), Laskar Pelangi dan lanjutannya, Habibie & Ainun, dan banyak lagi.

Eh tapi itu cuma yang Indonesia doang ya? Yang luar juga banyak yang bikin kecewa, cuma yaa ga sekecewa yang di Indonesia, sih. Twillight Saga, Harry Potter, film-film yang diangkat dari novelnya Dan Brown, Eat Pray Love, Bridget Jones Diary, dll.

Kebanyakan, sih, mengecewakan buat gue karena film-film tersebut ngga memasukkan adegan-adegan favorit gue di novelnya. Iya.. Itu kan preferensi pribadi, ya. Makanya, seringkali penilaian gue soal film-film ini ngga sesuai sama review yang dikasih sama orang-orang.

Eh, tapi, ngga tau kenapa ya, kalo dibandingin antara novel Indonesia yang diangkat ke film dengan novel luar yang diangkat ke film, gue lebih kecewa nonton film Indonesia. Enggaaaa.. Bukan sok menggadang-gadangkan kerennya film Hollywood dan teknologi mereka yang ciamik banget. Tapi.. Kenapa ya? Mungkin karena, menurut gue, film maker Indonesia (atau atas keinginan penulis novelnya?) kadang kayak mau 'membedakan' antara film dan novelnya banget *haloooo Perahu Kertas!*.
Padahal, kalo menurut gue sih, dengan jumlah pembaca yang ribuan bahkan jutaan, berarti mereka  suka dengan cerita novelnya. Ngga usah diubah dengan alasan biar beda atau biar pembaca ngga bosen. Yang bikin kami (si pembaca novel) mau datang ke bioskop dan nonton filmnya, ya, karena kami udah suka sama cerita di novelnya. Ngga usahlah, dibuat jadi ada kejutan-kejutannya.. Salah-salah, jantungan orang gara-gara kelewat terkejut (iya, ngga mungkin sih ya..).

Tapi kesel, ya, udah tau bakal kecewa tapi begitu denger berita kalo novel favorit bakal diangkat ke layar lebar, tetep aja loh gue bela-belain nonton.. Cih. Dasar..

Beklaaah.. Posting kali ini, gue tutup dengan link Novel Indonesia yang akan diangkat ke layar lebar di tahun 2014. Yuk, yang mau siap-siap kecewa berjamaah sama gue silakan dirapatkan shafnya.. :)))
Cupcupmuah,
R

No comments: